Paroki Roh Kudus

Renungan

Home / Renungan
Paroki Roh Kudus

Keluarga Mengandalkan Allah

Renungan Pesta Keluarga Kudus : Yesus, Maria dan Yusuf / A

Sir 3:2-6,12-14 ; Kol 3:12-21 ; Mat 2:13-15,19-23


Harta yang paling berharga adalah keluarga
Mutiara tiada tara adalah keluarga...

Syair di atas adalah sepenggal lirik yang tidak benar-benar saya ingat secara utuh dari theme song drama seri “Keluarga Cemara" pada era 1990-an. Drama seri itu memberi gambaran yang utuh tentang perjuangan sebuah keluarga dengan tiga anak. Keluarga itu mengalami berbagai macam badai persoalan, namun mereka tetap tegar memegang nilai-nilai luhur keluarga. Keluarga mereka memang sederhana, namun sangat bersahaja.

Pada hari minggu setelah Hari Raya Natal ini, kita bersama-sama merayakan Pesta Keluarga Kudus. Penggalan Injil Matius yang dibacakan pada hari minggu ini sebenarnya tidak memberi gambaran yang cukup tentang Keluarga Kudus. Pada bagian pertama, Injil hanya berkisah tentang Yusuf yang dituntun oleh Roh Kudus melalui mimpinya untuk menyelamatkan Maria dan bayi Yesus dari kekejaman Herodes. Yusuf pun mengungsikan mereka ke Mesir. Pada bagian kedua, Yusuf yang masih dituntun oleh Roh Kudus melalui mimpi, membawa keluarganya kembali ke tanah Israel. Yusuf akhirnya memilihi Nazaret sebagai tempat ia memulai perjalanan hidup keluarganya secara normal, tanpa dikejar-kejar lagi oleh ancaman pembantaian anak. Di Nazaretlah, Yesus dibesarkan sebelum waktuNya untuk mulai berkarya demi Kerajaan Surga.

Yang menarik untuk kita renungkan bersama adalah sikap dan tindakan Yusuf. Yusuf sebenarnya menunjukkan kualitas pribadinya sebagai seorang bapak keluarga yang wajar, yakni melindungi keluarganya sekuat tenaga. Ia tetap berusaha agar tak satu pun persoalan mengguncang keutuhan dan kesatuan keluarga kudus. Akan tetapi, yang paling hebat yang dilakukan oleh Yusuf adalah mendengarkan tuntunan Allah melalui mimpi. Tanpa kata (karena memang seperti itu yang digambarkan oleh injil), Yusuf melaksanakan segala petunjuk Allah melalui mimpi.

Saat ini, persoalan keluarga semakin kompleks. Tantangan dan ancamannya pun semakin kuat dan penuh variasi. Persoalan demi persoalan bisa datang silih berganti dipicu oleh berbagai macam faktor. Bahkan, persoalan sepele pun sudah bisa mengguncang tata keutuhan keluarga. Beberapa waktu yang lalu, media massa mengangkat berita tentang seorang ayah yang meminumkan air keras pada anaknya. Sang ayah mengaku terlalu jengkel dan marah karena ketika ia sedang bertengkar mulut dengan istrinya, sang anak menangis tiada henti.

Karena itu, mari kita belajar dari keluarga kudus yang tak pernah luput dari badai kehidupan, tetapi tetap menempatkan nilai-nilai keutuhan keluarga sebagai nilai yang perlu dilindungi dan diperjuangkan. Untuk kebersamaan dan kesejahteraanlah, keluarga itu diarahkan. Di samping itu, Allah pun ingin dilibatkan dalam setiap peristiwa. Bagaimana pun, yang menyatukan dua pribadi berbeda adalah Allah maka biarlah Allah pula yang membantu kita menjaga keutuhan itu. Allah lah yang meminta Yusuf untuk mengambil Maria yang mengandung Imanuel sebagai istri. Pada Allah pulalah, Yusuf mengarahkan hati agar bisa tetap menjaga dan melindungi keluarga kudus.


Oleh : Romo Aloysius Widyawan, Pr - Warta Paroki No.52 Tahun VI

- Aloysius Widyawan, Pr -